Rabu, 01 Januari 2020

Akhir atahun Yang Tersaji Di Teras Angkringan

Alasan kenapa saya keluar ke angkringan di malam pergantian malam tahun baru.

Bismillah..

Pertama saya tidak mempermasalahkan malam tahun barundengan akidah saya, karna tahun baru adalah pergantian kalender yang menggunakan hitungan perputaran matahari tepat ganti satu putaran, keberltulan kalender itu yang saya pakai sehari-hari untuk menyeragamkan tanda di seliruh dunia, meskipun dlam agama saya kalender yang di pakai untuk menghitung dan memetapkan hari-hari besar menggunakan kalender Hijriah (dihitung dengan perhitungan bulan).

Karna bagi saya Matahari dan Bulan tidak beragama atau bukan milik agama tertentu, meski yang saya yakini matahari dan bilan adalah makhluk yang Allah tuhanku ciptakan, maka berhubungan dengan tahunnbaru juga saya anggap moment atau hari besarnya saya tidak mengaitkan dengan keyakinan atau akidah agama tertentu pada hal ini malam pergantian tahun baru, karna dalam Al-Qur'an pun sudah dijelaskan dengan tegas, tepatnya di Surat Yusuf Ayat 5.

الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (يونس:٥)

yang Artinya : "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)

Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (Yunus:5)

Ayat ini secara tegas mengakui adanya 2 macam bulan dan tahun :

Bulan yang dihitung berdasarkan perjalanan Matahari (Syams), maka dinamakan dengan Syamsiyah dan bulan yang dihitung berdasarkan perjalanan bulan (Qamar), maka dinamakan dengan Qamariyah

Bahkan pada kesempatan lain Allah menyatakan perbedaan kedua tahun ini melalui firman-Nya: Surat Al-Kahf Ayat 25

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا،(الكهف:٢٥)

Artinya :"Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi)." (Al Kahfi:25)

Ayat ini - melalui kata "ditambah sembilan tahun" menyebutkan perbedaan antara Qamariyah dengan Syamsiyah yaitu dalam 3 abad selisih 9 tahun

Ini penegasan Allah akan keberadaan tahun "Syamsiyah", bukan hanya Qamariyah.

Kedua tahun itu sudah ada sejak dahulu.
Namun Syamsiyah dihitung ulang dari angka 1 dari hari kelahiran Nabi Isa Al Masih, maka sejak saat itu Syamsiyah dikenal dengan sebutan Masihiyah atau Masehi disingkat "M"

Hingga kini berusia 2020 tahun.
Karena kebodohannya orang-orang menisbatkan tahun ini kepada kekristenan. Adapun Qamariyah dihitung ulang mulai angka 1 sejak Hijrah Nabi Muhammad SAW, maka sejak saat itu Qamariyah dikenal dengan sebutan "Hijriyah" disingkat dengan "H"
Hingga kini berumur 1440 tahun.
Karena fanatik buta orang-orang menisbatkan tahun ini kepada ke-islam-an.
Padahal Bulan dan Matahari tidak punya Agama
Hanya keduanya memang berhubungan dengan amaliah Agama
Bulan dikaitkan dengan Puasa dan Haji.
Tapi Shalat Zhuhur dan Ashar bahkan buka puasa ditentukan oleh perjalanan Matahari. Kedua benda langit (Bulan dan Matahari) adalah ciptaan Allah
Kedua tahun (Qamariyah dan Syamsiyah) juga ciptaan Allah

Bersyukur dan berdo'a memasuki kedua tahun itu hakekatnya mensyukuri nikmat Allah.
Maka barangsiapa menganggap sesat penyambutan datangnya tahun baru Syamsiyah atau Masehi, sejatinya dia tidak sadar telah menduakan Allah karena menganggap (Tahun) Matahari bukan ciptaan Allah.

Maka, waspadalah jangan sampai kita kufur tanpa terasa

Minggu, 08 Desember 2019

Jangan Jatuh Cinta Pada Lelaki Baik

Jangan jatuh cinta pada laki-laki yang baik,
karna akan susah sekali rasanya membenci laki-laki yang baik.
Bahkan setelah ia meninggalkanmu.
Mengapa?
Karna kamu akan berfikir bahwa apapun yang laki-laki baik itu lakukan, pasti benar.
Dibawah alam sadarmu kamu akan berfikir kalau dia sebenarnya bermaksud baik dengan memutuskanmu.
Bahwa semua yang dia lakukan itu pasti demi kebaikan kalian berdua.
Oleh karena itu, meskipun dia telah membuatmu begitu terluka sampai kamu meneteskan air mata, kamu akan menganggapnya sebagai laki-laki yang baik.
Dan tentu saja karna dia laki-laki yang baik, meskipun telah berpisah, dia akan tetap memperlakukanmu seakan-akan kamu masih menjadi wanita yang spesial untuknya, dia akan tetap memintamu untuk berteman dengannya, dan kamu mau tidak mau, mengiyakan permintaan itu.
karna sebenarnya kamu pun masih mempunyai keinginan untuk bisa bersama dengannya, sehingga kamu memanfaatkan semua kesempatan yang terbuka.

Tapi, apakah kamu sanggup menempati posisi sebagai teman?, setelah banyak hal yang sudah kamu dan dia lewati bersama.

Kalau kamu jatuh cinta pada laki-laki yang baik, kamu tidak akan bisa untuk tidak menaruh harap, bahwa dia yang baik itu, akan berlaku baik juga padamu.
Sekali kamu jatuh cinta pada laki-laki yang baik, maka kamu tidak akan pernah bisa menghilangkan perasaanmu seutuhnya kepadanya.

Jika seorang laki-laki brengsek meninggalkanmu, setidaknya kamu sudah mempersiapkan diri, karna kamu tau dia memang brengsek.
Setidaknya kamu bisa membencinya, laki-laki yang tak punya hati itu.
Setidaknya kamu bisa menyalahkan dirimu sendiri yang bodoh karna sudah jatuh hati kepada laki-laki semacam itu.
Tapi..
Laki-laki yang baik akan pergi ketika kamu berfikir, kalau dia tidak akan pernah pergi dari hidupmu, ketika kamu menganggap semuanya baik-baik saja, tiba-tiba disuatu siang dia datang kerumahmu meminta maaf, bahwa dia ingin pergi darimu.

Tentu saja ia akan mengatakan bahwa kepergiannya bukanlah salahmu, dan yang salah adalah dirinya.
Dia akan mengatakan kalau kamu pantas mendapatkan yang lebih baik dari dirinya.
Kelergianya yang jauh diluar ekspektasimu ini akan membuatmu mati rasa.
Semua terjadi begitu cepat.
Dan ketika kamu sadar. Dia sudah pergi.

Awalnya, kepergiannya yang tiba-tiba itu akan membuatmu bertanya-tanya.
Tetapi pada akhirnya, kamu akan menyalahkan dirimu sendiri, karna tidak mampu menjaganya.

Senin, 14 Oktober 2019

Musyawarah Diri.

Aku ingin memperkenalkanmu kepada satu makhluk pecicilan yang tak bisa diam bernama 'Hati'.

Kebetulan dia milikku
dan kebetulan juga dia mengejarmu.

Hatiku memang gila
sekuat apapun aku melarangnya untuk berlari kearahmu.
Dia akan tetap berlari hanya untuk mengenalmu.

Tunggu dulu.
Sebelum kau beranjak pergi karna takut dengan kelakuan hatiku, biar kuteruskan ceritaku.

Hatiku punya sahabat baik, dia adalah makhluk berkacamata tebal yang berdiri di sebelahnya. Namanya 'Pikiran'.

Kebetulan, dia juga milikku.

Mereka berdua bersahabat baik, dari hari aku pertama lahir kebumi ini.

Berbeda dengan hatiku yang pecicilan, pikiranku ini pendiam sekali.

Dia jarang rukun dengan hatiku, malah sering berkelahi.

Alasan perkelahian kali ini, tentu saja karna hatiku ingin berlari kearahmu.
Dan pikiranku kurang setuju.

Pikiranku percaya,
dengan hatiku berlari kearahmu, dia akan berujung hancur.

Pikiranku yang sayang pada hatiku tidak ingin sahabatnya itu hancur.

Sebentar, biarkan kami berunding.
Jangan dulu pergi. Aku mohon.

Telah lama aku menunggu sosokmu.
Kau tangguh, aku suka itu.

Kita sama-sama pejuang.

Kau berjuang mencari jalan pulang.
Maka aku ingin berjuang menjadi rumahmu.

Karna ternyata. Hatiku betul.
Kaulah orangnya.

Ya, pada akhirnya aku akan membiarkan hatiku mengejarmu.
Dan bercengkrama disampingmu.

Menasehatiku saat ku salah,
mendengarkan ceritamu saat kau butuh.

Biarlah hatiku berpesta pora,
biarlah aku ikut bersenandung gembira.

Sementara pikiranku,
aku yakin pikiranku baik-baik saja.
duduk manis di kepalaku, berharap tak ada hal buruk yang akan menimpa hatiku.

Dan jika sampai hatiku hancur suatu saat nanti.
Aku tau, pikiranku selalu dapat diandalkan untuk membuatnya kembali sembuh.

Hari ini, Pikiranku kembali menasehati sahabatnya.
Memberinya secangkir kopi berharap tidak terjadi sesuatu di khawatirkannya.

Senin, 08 April 2019

Kenang. Maafkanlah.

..dan pohon-pohon di kebun satu persatu mulai kutanam, agar kelak bisa jadi peneduh dan dapat sedikit membantu kebutuhan kalian. Meskipun jasadku telah terkubur disini, biarlah aku tafakur bila aku merindukan kalian.

  Walaupun tak terucap, aku sangat merasa kehilangan, karna bagiku di sebagian semangatku itu merupakan wujud dari do'a-do'a Mu, yang sering kutemui di setiap malam-malamMu.
Kau tinggalkan petuah sederhanaMu sebagai warisan untukku, kini aku catat rapi di dalam jiwa, dan dengan segenap hati aku coba untuk menjalankannya, mengingatnya dalam setiap gerak langkahku.

  Meskipun pada saat terakhirmu aku tak menggenggam erat tangan dan berbisik di telingamu, namun aku tak kecewa meski kadang harus menyesalinya. Apalagi mendengar engkau tersenyum dengan ikhlas, aku makin yakin bahwa engkau telah cukup membawa bekal. Aku bangga menjadi anakMu.

  Kini, Ayah.. janjiku padamu, aku akan mengirimkan do'a yang dulu pernah engkau ajarkan kepadaku, saat engkau masih sering pergi keluar negri untuk mencarikan aku segelimang kebahagiaan.
Setiap kali aku sujud sembahyang, setiap aku angkat tangan untuk sang Adzim, selalu aku mengingatmu engkau dan petuahmu  hadir terbayang membisik seolah engkau terus membimbingku meski dari sana.

  Kemarin, sebenarnya aku menangis sangat lama, tapi dengan keras aku berusaha memendamnya, aku takut kamu mengkhawatirkanku, aku yang inginkan ketenangan bersamamu.
Dalam benak terus berkata bahwa baktiku sangatlah belum cukup untukMu, dan aku percaya jika engkau telah memaafkannya.

  Air hujan deras mengguyur bumi, aku mengenangMu, air mata maksaku tuk menetes, tapi aku memaksa untuk tersenyum, tabah dan bertawakkal, seperti kataMu.

  Ayah untuk do'a yang pernah kulupa, maafkan ya... pandangilah aku, ibu dan cucumu dari sana dengan cahaya syurga. Semoga kelak kita bersama lagi.

Jumat, 09 November 2018

SUKA DAN DUKA DALAM CINTA

 Malam itu saya sangat lelah, karna ada banyak hal yang membuat saya pulang kerumah hingga jam 01:00 pagi, sementara dua jam lagi saya harus masuk kerja maka karna itu saya putuskan pulang dan istirahat, namun ternyata kewajiban shalat isyak belum saya tunaikan, dengan segudang alasan yang membuat malas akhirnya saya shalat, beserta kemalasannya.
  Ngantuk kian memuncak dingin malam sudah membuat sayu kelopak mata, akhirnya saya tumpahkan segala keluh kesah dan penat di atas kasur kamar dengan terlentang, rupanya segala keluhanku itu tidak lagi berarti setelah mendengar handphone saya berdering, cukup kaget serta banyak dugaan muncul sebelum menjawab panggilan dari salah satu kakak tertua saya itu, rupanya benar, salah satu dari jutaan dugaan  yg terlintas di benak saya adalah benar. Kabar yang disampaikan dengan ketidak kuasaannya berucap akhirnya terucap juga tapi bukan dari linsan kakak, melainkan dari Seorang guru saya yang mendidik saya dari kecil, yang kebetulan pesantrennya tidak jauh dari rumah orang tua saya.
"Nak, yang sabar ya. Bapakmu sudah dipanggil lebih dulu sama kekasihnya".
terkejut, meski sblum menyampaikan kabar itu, beliau sudah memastikan saya dalam keadaan sabar dan berserah atas segala urusan yang telah terjadi kepada Allah.
 Ditik itu pula jutaan bayang kenangan, penyesalan dan tanda tanya yang hingga fikirku hanya shalatlah yang pasti membuat semua tenang-tenang saja.
Iya, sehabis shalat segala jalan yang terbaik dibukakan oleh Allah, yang membuat keputusan untuk segera pulang dengan sangat mudah diurusi.
 Pagi itu setelah subuh tiket sudah di pegang, namun pikiran masih susah di kendalikan, hanya banyak-banyak mengingat Allah dan semoga Bapak dalam diangkat khusnul khotimah, karna saat dikasih kabar itu saya tidak banyak tanya kenapa dan bagimananya. Karna yang lebih penting dan paling bermanfaat untuk Bapak bukanlah hal itu dari seorang anak.
 Dalam perjalanan, selain do'a², banyak pula dugaan dan protes yang mengisi benakku. Hingga akhirnya jam 20:00 sayapun tiba dirumah, dengan sambutan tangisan Ibu dan si bungsuh (satu-satunya saudara perempuan) yang memang tinggal serumah dengan orang tua, sembari memeluk dua-duanya saya berusaha agar tidak ikut larut dalam kesedihannya dengan tidak ikuta menangis, aku berusaha menenangkannya sebagaimana tugas bapak sewaktu hidupnya yang selalu memastikan keduanya baik-baik saja.
 Dua hari belum sempat tidur, sesampainya dirumahpun ngantukpun ruoanya belum datangi saya, lantas saya memposisikan diri di ruang tamu mendengarkan cerita dari seisi rumah atas apa yang terjadi, setelah sebelumnya hanya tawa kecil yang membuat aku tidak terlihat sedih dalam duka dan nampak baik-baik saja.
  Satu dua jam lebih ngobrol bersama kawan serta sanak saudara akhirnya aku merasa bangga, iri dan bahagia mendengar cerita tentang mereka tentang detik-detik terakhir bapakku di dunia.. kata yang aku rangkum yang keluar di malam itu adalah, "semua orang menunggu hari itu, dan semua mungkin menginginkan akhir yang seperti itu".
 Sebelumnya, karna bapak meninggal tanpa adanya tanda-tanda ataupun sakit, yang paling aku khawatirkan adalah apakah bapak sempat ber syahadat, karna tidak mungkin yang di sandingnya mentalqinkan di telinga beliau sebab tidak menduganya waktu sakaratulmaut.
namun aku teringat waktu cuti dan bertemu beliau tahun kemaren, beliau sempat berpesan "bacalah selalu Laailaaha Illallah sebanyak-banyaknya disiang maupun malam dalam hati, karna itu nanti akan datang kala malaikat maut mencabut nyawa".
 Banyak hal yang membuat saya adem, juga karna saya tau bagaimana perbuatan kesehariannya sedari dulu. Kebiasaan baik yang merupakan kebiasaan ahli syurga, tahajud yang jarang beliau tinggalkan, di akhir hayatnya pun bapak masih sempat melakukannya seolah menyempurnakan bekalnya untuk kehidupan selanjutnya, kebiasaan yang saya dan banyak manusia tidak mampu melakukannya. Terlebih saat aku tau bahwa bapak mandi sebelum shalat, bagiku ini unik dan semakin membuatku membanggakannya, yang mana seolah beliau saat meninggalnyapun tidak mau terlalu merepotkan tetangga yang mengurus jenasahnya.
 Kini hati dan pikiran sayapun lega, hanya sebagaimana waktu beliau hidup saya mendo'akan kebaikan untuknya, maka kinipun semoga masih dengan istiqamah saya bisa memberikan hal maksimal untuk kebaikannya dan kesempurnaan tempaynya di alam sana.
 Bagi saya sejak saat itu yang sangat penting juga, selain bersilatirrahmi terhadap saudara dan teman-teman beliau, dan meneruskan apa yang di rintisnya, keluarga yang beliau tinggal adalah sepenuhnya beliau titipkan untuk kami (ke empat) anaknya.
 Namun tidak mungkin saya lama-lama dirumah, mengingat saya masih karyawan yang hanya cuti, maka saya mesti balik ke tanah rantau yang jauh di seberang lautan.
 Kini, saat tulisan ini di tulis, saya sudah menginjakkan kembali kakiku di tanah yang jauh dari orang tuaku.
berbeda dari sebelumnya yang menelephon orang tua hanya pas hari libur, kini telah aku agendakan waktu-waktu terbaik untuk senantiasa menanyakan keadaan ibu tercintaku di setiap harinya.
 Ibu sepertinya sangat keberatan dengan jarak yang sangat menjauhkan anaknya dengan dirinya, hanya saja beliau mengizinkan kepergianku asalkan tidak untuk tinggal atau menetap di kejauhan, berharap setelah semua yang dicita-citakan saya selesai aku di minta untuk segera tinggal bersamanya lagi, akupun bertekad untuk menyegerakan pulang kembali dengan berusaha memperbesar kemungkinan untuk mewujudkan pintanya.
karna aku yakin beliau tidak main-main menginginkan hal itu, terbukti saat sebelum saya balik selama 25 hari, beliau sering tidur memeluk aku, dan akupun nyaman dengan hal semacam itu, karna bagi saya yang belum punya istri berbakti kepada orang tua adalah prioritas tertinggi dan paling membanggakan. meski sebenarnya menikah bukanlah hal yang menghalangi untuk melakukan hal itu.

Selasa, 30 Oktober 2018

BELA KALAT TAUHID

Mengapa Harus Dibakar?

Bahwa terdapat banyak hadits shahih atau minimal hasan yang menyebutkan bahwa rayah (panji) Rasul berwarna hitam dan liwa (bendera)nya berwarna putih, seperti hadits riwayat Imam Tirmidzi,

عن ابن عباس قال كانت راية رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سوداء ولواؤه أبيض

عن جابر أن النبى -صلى الله عليه وسلم- دخل مكة ولواؤه أبيض

Hadits riwayat Imam Nasa’i dengan redaksi yang berbeda,

عن جابر رضي الله عنه : أن النبي صلى الله عليه و سلم دخل مكة ولواؤه أبيض

Hadits di atas selain diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Nasa’i dari Jabir, juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Baihaqi, Thabarani, Ibnu Abi Syaibah, dan Abu Ya’la. Hadits ini shahih. Secara jelas dikatakan bahwa warna rayah adalah hitam dan liwa adalah putih.

Hadits-hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak kitab hadits, dimana semuanya berujung pada rawi shahabat Jabir dan Ibnu Abbas ra.

Para ulama sudah membahas hal ini ketika mereka semua menjelaskan hadits-hadits diatas dalam kitab syarah dan takhrijnya. Sebut saja seperti shahib Kanz al-Ummal, Majma’ al-Zawa’id, Fath al-Bari li Ibni Hajar, Tuhfah al-Ahwadzi, Umdah al-Qari, Faidh al-Qadir, dll.

Lalu mengapa dibakar, saudaraku? Apakah matamu sudah bosan dengan lafadz paling indah itu? Cukupkah hatimu merindu nama Rasulmu?

Yaa Rabb, lindungi kami, ampuni kami, sayangi kami

Lafadz Tauhid Itu Milik Kita


Alasan bisa dibuat, pembenaran bisa direka, tapi yang terlihat di penggalan video itu sudah jelas, kebencian yang membuncah saat membakar bendera tauhid itu

Saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa tak mungkin ada Muslim yang membenci kalimat tauhid. Oknum-oknum Banser mustahil membenci syahadatnya sendiri

Sebab provokasi, penyesatan opini, dan godaan syaitan, mereka jadi sangat membenci HTI dan apapun yang dikira sebagai identitas, lambang dan atributnya

Kesalahan terbesarnya adalah, menganggap bendera tauhid sebagai bendera HTI, padahal HTI tak pernah sampaikan "ini bendera kami", itu masalahnya

Bahkan sejak awalnya, bendera ini diperkenalkan "Bendera Rasulullah", dan sedari dulu kalimat ini ada di hati dan jiwa Muslim, sejak Rasulullah

HTI sendiri bukan apa-apa, tak bergabung dengannya tak dosa, tidak dihaditskan Nabi, tak masuk Al-Qur'an, andai HTI tak pernah ada, tak mengurangi hebatnya Islam

Tapi tauhid, syahadatain, andai tak ada, maka tak ada dunia. Andai tak mewujud dalam hati, jiwa, lisan dan amalan, maka tak ada keselamatan dunia-akhirat

Maka mengapa harus dibakar? Dengan bangga sambil bernyanyi? Untuk apa membawa-bawa merah putih yang dikibarkan ketika membakar? Ingin jumawa?

Bukannya sadar, malah menambah provokasi. Bukannya mohon ampun ke Allah dan meminta maaf, malah keras kepala menantang, merasa paling benar

Tapi hebatnya, mereka selalu bisa punya alasan untuk membiarkan pawai bendera Israel di Indonesia, tak pernah juga kita melihat mereka upload bakar bendera PKI

Sekarang hadapilah amarah ummat, sebab ini bukan lagi soalan HTI, tapi semua yang mencinta kalimat tauhid itu melebihi apapun yang mereka miliki di dunia

Kami tak membenci Banser, apalagi Nahdhiyin. Kami cinta pada mereka, sayang pada mereka, dan berharap semoga ada diantara mereka pemberani yang salih

Sebab jalan seperti ini hanya menuju pada perpecahan ummat, dan jumawa hanya mengantarkan kehinaan di akhirat, semoga Allah lindungi kita semuanya

Cinta Itu Menuntut Bentuknya


Penyelesaian terbaik dan tercepat saat kita berbuat kesalahan adalah memohon ampun pada Allah, meminta maaf pada manusia, menyesali dan tak mengulangi

Itulah yang dilakukan Nabi Adam dengan ucapan "Rabbanaa dzalamnaa anfusanaa". Maka Allah berikan baginya ampunan dan rahmah, sesuai dipinta

Allah tak hanya hapuskan kesalahannya, tapi Allah tinggikan derajatnya, terlepas pelajaran yang sangat berharga untuk kelak waktu kedepan

Tapi diantara kita, sudahlah nyata-nyata salah tapi malah memperbesar masalah, alih-alih menyadari dosa malah jumawa, bahkan menyalahkan yang lainnya

Buruk muka cermin dibelah, ribuan alasan pembenaran. Tak perlu heran sih sebenarnya, sebab mereka sudah pengalaman membela penista agama

Dulu penista agama dibela dengan banyak dalil, bahkan diberi gelar Sunan Kalijodo, maka sikap mereka kali ini pun sudah ditebak, kemunafikan memang murah

Apapun alasannya, ummat Muslim punya mata dan telinga, terutama mereka punya hati. Dan mereka cinta pada agamanya, syahadatnya, benderanya

Maka apapun pembenaran mereka, ummat sudah paham, penista akan berkumpul dengan kerumunannya. Yang cinta Islam dan yang tidak sudah sangat jelas

Maka anggaplah semua argumen mereka untuk membela diri itu sebagai lucu-lucuan saja, dan untuk bersyukur bahwa kita masih diberi hidayah

Kita tak harapkan mereka sadar, sebab sepertinya batu diadu kepala mereka pun masih menang mereka. Kita sambut saja challenge mereka

Dengan membakar bendera mereka? Ya nggak lah, kita tunjukkan perbedaan intelektualitas dong. Kita akan berkreasi dengan kalimat tauhid itu

Call to all artist. Penuhi dan hiasi semua linimasa dengan kreasi kita tentang kalimat tauhid. Cinta itu menuntut lisan, tulisan, dan karya. Love you all

Obat Pandir


Orang bijak berkata, orang tak tahu bisa diajari, orang khilaf bisa diperbaiki, orang salah bisa diluruskan, tapi tak ada obat buat mereka yang pandir

Sebab pandir ialah perkawinan antara kebodohan dan kebebalan, antara jumawa dan keras kepala. Mereka menolak kebenaran, meremehkan yang lainnya

Padahal taubat itu sesederhana berhenti, menyesali dan tak mengulangi dosa. Tapi mereka yang pandir, menolak meminta maaf, bahkan angkuh dan jumawa

Membela diri dengan banyak alasan, katanya tauhid itu cukup hanya di bibir, tak perlu diangkat di bendera. Kenyataannya Rasulullah yang memulai itu

Katanya tauhid cukup di hati, tak perlu dibawa-bawa. Saya curiga jangan-jangan yang begini kelamaan jomblo, cinta itu tak perlu diungkap, cukup dalam diam, begitu

Mereka bilang mereka hanya menghormati bendera itu lalu membakarnya, logikanya kok sangat rendah? Emangnya cara satu-satunya dibakar? Sambil teriak-teriak hype?

Malah, menyamakan kalimat tauhid seperti bom nuklir? Atau mengatakan itu bendera organisasi tertentu hanya dari khat arabnya? Ada yang lebih lucu?

Ada lagi yang bicara, jangan bawa-bawa kalimat tauhid untuk kepentingan politik. Lha, padahal kita kepikiran juga tidak, yang menyambung-nyambung siapa sebenarnya?

Padahal semua sebenarnya sederhana. Lafadz Allah dan Rasulullah dibakar, dengan jumawa, sambil mengepal bangga, itu saja masalahnya, jangan kemana-mana

Tapi memang sulit bicara dengan intelektualitas, sebab sekali lagi, tak ada obat untuk kepandiran. Doakan saja, semoga hidayah suatu saat menghampiri

Minggu, 13 Mei 2018

Diffrent Biliefs

Menjauh

Kamu tau kan bagaimana rasanya bertahan untuk tidak memiliki? bertahan untuk tidak mengungkapkan?
mengapa perbedaan memisahkan cinta?,
bukankah cintalah yang dapat penyatukan perbedaan?.

"Esti, ada yang mau ku omongin". Tiba-tiba aku chat dia di whatsap.

"Ngomong apaan?"

"Nanti malem kita jalan, kita ngomingnya di angkringan, sambil makan Bola Telur".

"Penting ya..?"

"Banget".

Tanpa ia tidak balas lagi, hanya di baca aja.

Ahh.. bodohnya aku, bukankah ini tandanya dia benar-benar ingin aku menjauhinya.

Sehabis magrib aku buru-buru mengantar temamku ke pasar, karna aku udah janji dari pagi bakalan antar dia belanja.

Kemidian aku langsung jemput dia kerumahnya, padahal di tempat kerja ada briefing tapi aku baru tau dari teman di WA, sedangkan aku sudah terlanjur mau jemput Esti untuk jalan ke angkringan, jadi tanpa ijin aku tidak ikut briefing.

Sepanjang jalan menuju rumahnya, suasananya seolah membisikkan keping-keping masa lalu yang telah terakit dulu.
Kalaulah aku tau akhirnya akan begini, tentu aku tidak bakalan pernah memutuskan untuk memyukai dia.

Tenyata dia sudah nunggu di teras rumahnya

"Maaf terlambat, sudah membuatmu menunggu"

"Iya, gaapa-apa". 

"Langsung, yuk" sambil minta dia naik ke motor tuaku.

Pelan-pelan kita kita jalan, hanya sesekali bicara, sekedar basa basi, tuk mencairkan suasana, dan biar aku tidak gerogi.

Di angkringan, musiknya terdengar lagu-lagu terbaper 2018, dia ikut bernyanyi pelan, tapi bagiku suaranya malah lebih aku dengerin dari pada musiknya, dan memang. suaranya bisa buatku rindu canda tawa, dan cara ia mmberiku hiburan, yang dulu pernah menyenangkan.
Merindukan, namun jarang tuk dapatkan kembali.

"Emang kahuzen mau ngomong apa?"

Oh iya, "jadi gini".

Perkataanku terputus, dan diam sejenak.
haruskah aku ungkapkan semuanya?
semua perasaan tandatanya tandatanya yang aku simpan sendiri, dengan resiko dia akan benar-benar menjauhiku?

Esti menatapku, seolah ia tau apa yang ada dalam pikiranku. Aku meeindukan tatapan itu, tatapan teduh yang memenangkanku.
Tatapan yang membuat siapa saja luluh melihatnya, dan tatapan itu sudah lama tak ia berikan.

"Kenapa diam?"

"Eh iya, gapapa"

"Gak jadi ngomomg..?"

"Jadi, jadi.., aku mau ngomong jujur saja, tapi janji ya.. kamu jangan bersikap aneh lagi."

Perasaan aneh buat bibirku gemetar saat rangkaian abjad yang kususun itu tericapcapkan, takut ada kesalahpahaman.

"Aneh". Esti menjawab dengan ekspresi seolah 'kau sudah gila'.

"Iya. Aku merasakan hal buruk sudah terjadi dalam persahabatan kita, kamu berubah, kamu menjauh."

Esti diam mendengar ucapanku, ia menatap lurus kedepan sambil sesekali makan Bola Pentol yang udah dibeli tadi dijalan. Seirama dengan lagu-lagu baper yang terus terdengar.

"Aku minta maaf". Ucapnya singkat

Aku malingkan wajah, menatap lembut ke arahnya.
dia tetap saja begitu, menatap kosong sambil mengucapkan kata maaf.

Aku tidak tau pasti, apa arti dari kata maaf ini.
Meminta maaf karena merasa bersalah, atau meminta maaf hanya untuk ingin mengembalikan keadaan seperti semula.

"Maaf aku menjauhimu"

"iya, tapi kenapa Esti..?

"Akan ku beri tahu besok, aku harus pulang sekarang".

"Oh", aku mengerti maksud bahasa matanya.

"Iya, iya sudah, aku antar sekarang".

Kita pulang dengan tanpa ada kata-kata lagi hingga sampai dirumah dia.

"Hati-hati"

"Terimakasih"

Aku putuskan untuk balik lagi ke angkringan, menyelesaikan kegalauan difikiranku.

Coba bayangkan, bagaimana harusnya aku, yang mencintai seorang sahabat.
Dan satu alasan mengapa aku ingin tetap menjadikannya sahabat, ialah hanya agar aku tidak jauh darinya.

Memang benar, salah satu alasan untuk tetap bersama seseorang yang kita cinta, adalah menjadikannya teman.

Tapi bukankah cinta itu bersifat egois?
kita akan selalu ingin bersamanya.
Bahkan apapun akan kita lakukan untuk seorang yang kita cinta.

Semuanya itu rasanya sedang membolak balikkan isi kepalaku, hingga banyak kopi yang aku minum sekarang, sebagai teman menulis ini dari tadi.

"Sudah larut malam, aku harus pulang".