Minggu, 13 Mei 2018

Diffrent Biliefs

Menjauh

Kamu tau kan bagaimana rasanya bertahan untuk tidak memiliki? bertahan untuk tidak mengungkapkan?
mengapa perbedaan memisahkan cinta?,
bukankah cintalah yang dapat penyatukan perbedaan?.

"Esti, ada yang mau ku omongin". Tiba-tiba aku chat dia di whatsap.

"Ngomong apaan?"

"Nanti malem kita jalan, kita ngomingnya di angkringan, sambil makan Bola Telur".

"Penting ya..?"

"Banget".

Tanpa ia tidak balas lagi, hanya di baca aja.

Ahh.. bodohnya aku, bukankah ini tandanya dia benar-benar ingin aku menjauhinya.

Sehabis magrib aku buru-buru mengantar temamku ke pasar, karna aku udah janji dari pagi bakalan antar dia belanja.

Kemidian aku langsung jemput dia kerumahnya, padahal di tempat kerja ada briefing tapi aku baru tau dari teman di WA, sedangkan aku sudah terlanjur mau jemput Esti untuk jalan ke angkringan, jadi tanpa ijin aku tidak ikut briefing.

Sepanjang jalan menuju rumahnya, suasananya seolah membisikkan keping-keping masa lalu yang telah terakit dulu.
Kalaulah aku tau akhirnya akan begini, tentu aku tidak bakalan pernah memutuskan untuk memyukai dia.

Tenyata dia sudah nunggu di teras rumahnya

"Maaf terlambat, sudah membuatmu menunggu"

"Iya, gaapa-apa". 

"Langsung, yuk" sambil minta dia naik ke motor tuaku.

Pelan-pelan kita kita jalan, hanya sesekali bicara, sekedar basa basi, tuk mencairkan suasana, dan biar aku tidak gerogi.

Di angkringan, musiknya terdengar lagu-lagu terbaper 2018, dia ikut bernyanyi pelan, tapi bagiku suaranya malah lebih aku dengerin dari pada musiknya, dan memang. suaranya bisa buatku rindu canda tawa, dan cara ia mmberiku hiburan, yang dulu pernah menyenangkan.
Merindukan, namun jarang tuk dapatkan kembali.

"Emang kahuzen mau ngomong apa?"

Oh iya, "jadi gini".

Perkataanku terputus, dan diam sejenak.
haruskah aku ungkapkan semuanya?
semua perasaan tandatanya tandatanya yang aku simpan sendiri, dengan resiko dia akan benar-benar menjauhiku?

Esti menatapku, seolah ia tau apa yang ada dalam pikiranku. Aku meeindukan tatapan itu, tatapan teduh yang memenangkanku.
Tatapan yang membuat siapa saja luluh melihatnya, dan tatapan itu sudah lama tak ia berikan.

"Kenapa diam?"

"Eh iya, gapapa"

"Gak jadi ngomomg..?"

"Jadi, jadi.., aku mau ngomong jujur saja, tapi janji ya.. kamu jangan bersikap aneh lagi."

Perasaan aneh buat bibirku gemetar saat rangkaian abjad yang kususun itu tericapcapkan, takut ada kesalahpahaman.

"Aneh". Esti menjawab dengan ekspresi seolah 'kau sudah gila'.

"Iya. Aku merasakan hal buruk sudah terjadi dalam persahabatan kita, kamu berubah, kamu menjauh."

Esti diam mendengar ucapanku, ia menatap lurus kedepan sambil sesekali makan Bola Pentol yang udah dibeli tadi dijalan. Seirama dengan lagu-lagu baper yang terus terdengar.

"Aku minta maaf". Ucapnya singkat

Aku malingkan wajah, menatap lembut ke arahnya.
dia tetap saja begitu, menatap kosong sambil mengucapkan kata maaf.

Aku tidak tau pasti, apa arti dari kata maaf ini.
Meminta maaf karena merasa bersalah, atau meminta maaf hanya untuk ingin mengembalikan keadaan seperti semula.

"Maaf aku menjauhimu"

"iya, tapi kenapa Esti..?

"Akan ku beri tahu besok, aku harus pulang sekarang".

"Oh", aku mengerti maksud bahasa matanya.

"Iya, iya sudah, aku antar sekarang".

Kita pulang dengan tanpa ada kata-kata lagi hingga sampai dirumah dia.

"Hati-hati"

"Terimakasih"

Aku putuskan untuk balik lagi ke angkringan, menyelesaikan kegalauan difikiranku.

Coba bayangkan, bagaimana harusnya aku, yang mencintai seorang sahabat.
Dan satu alasan mengapa aku ingin tetap menjadikannya sahabat, ialah hanya agar aku tidak jauh darinya.

Memang benar, salah satu alasan untuk tetap bersama seseorang yang kita cinta, adalah menjadikannya teman.

Tapi bukankah cinta itu bersifat egois?
kita akan selalu ingin bersamanya.
Bahkan apapun akan kita lakukan untuk seorang yang kita cinta.

Semuanya itu rasanya sedang membolak balikkan isi kepalaku, hingga banyak kopi yang aku minum sekarang, sebagai teman menulis ini dari tadi.

"Sudah larut malam, aku harus pulang".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar