Mengapa Harus Dibakar?
Bahwa terdapat banyak hadits shahih atau minimal hasan yang menyebutkan bahwa rayah (panji) Rasul berwarna hitam dan liwa (bendera)nya berwarna putih, seperti hadits riwayat Imam Tirmidzi,عن ابن عباس قال كانت راية رسول الله -صلى الله عليه وسلم- سوداء ولواؤه أبيض
عن جابر أن النبى -صلى الله عليه وسلم- دخل مكة ولواؤه أبيض
Hadits riwayat Imam Nasa’i dengan redaksi yang berbeda,
عن جابر رضي الله عنه : أن النبي صلى الله عليه و سلم دخل مكة ولواؤه أبيض
Hadits di atas selain diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Nasa’i dari Jabir, juga diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Baihaqi, Thabarani, Ibnu Abi Syaibah, dan Abu Ya’la. Hadits ini shahih. Secara jelas dikatakan bahwa warna rayah adalah hitam dan liwa adalah putih.
Hadits-hadits tersebut diriwayatkan oleh banyak kitab hadits, dimana semuanya berujung pada rawi shahabat Jabir dan Ibnu Abbas ra.
Para ulama sudah membahas hal ini ketika mereka semua menjelaskan hadits-hadits diatas dalam kitab syarah dan takhrijnya. Sebut saja seperti shahib Kanz al-Ummal, Majma’ al-Zawa’id, Fath al-Bari li Ibni Hajar, Tuhfah al-Ahwadzi, Umdah al-Qari, Faidh al-Qadir, dll.
Lalu mengapa dibakar, saudaraku? Apakah matamu sudah bosan dengan lafadz paling indah itu? Cukupkah hatimu merindu nama Rasulmu?
Yaa Rabb, lindungi kami, ampuni kami, sayangi kami
Lafadz Tauhid Itu Milik Kita
Alasan bisa dibuat, pembenaran bisa direka, tapi yang terlihat di penggalan video itu sudah jelas, kebencian yang membuncah saat membakar bendera tauhid itu
Saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa tak mungkin ada Muslim yang membenci kalimat tauhid. Oknum-oknum Banser mustahil membenci syahadatnya sendiri
Sebab provokasi, penyesatan opini, dan godaan syaitan, mereka jadi sangat membenci HTI dan apapun yang dikira sebagai identitas, lambang dan atributnya
Kesalahan terbesarnya adalah, menganggap bendera tauhid sebagai bendera HTI, padahal HTI tak pernah sampaikan "ini bendera kami", itu masalahnya
Bahkan sejak awalnya, bendera ini diperkenalkan "Bendera Rasulullah", dan sedari dulu kalimat ini ada di hati dan jiwa Muslim, sejak Rasulullah
HTI sendiri bukan apa-apa, tak bergabung dengannya tak dosa, tidak dihaditskan Nabi, tak masuk Al-Qur'an, andai HTI tak pernah ada, tak mengurangi hebatnya Islam
Tapi tauhid, syahadatain, andai tak ada, maka tak ada dunia. Andai tak mewujud dalam hati, jiwa, lisan dan amalan, maka tak ada keselamatan dunia-akhirat
Maka mengapa harus dibakar? Dengan bangga sambil bernyanyi? Untuk apa membawa-bawa merah putih yang dikibarkan ketika membakar? Ingin jumawa?
Bukannya sadar, malah menambah provokasi. Bukannya mohon ampun ke Allah dan meminta maaf, malah keras kepala menantang, merasa paling benar
Tapi hebatnya, mereka selalu bisa punya alasan untuk membiarkan pawai bendera Israel di Indonesia, tak pernah juga kita melihat mereka upload bakar bendera PKI
Sekarang hadapilah amarah ummat, sebab ini bukan lagi soalan HTI, tapi semua yang mencinta kalimat tauhid itu melebihi apapun yang mereka miliki di dunia
Kami tak membenci Banser, apalagi Nahdhiyin. Kami cinta pada mereka, sayang pada mereka, dan berharap semoga ada diantara mereka pemberani yang salih
Sebab jalan seperti ini hanya menuju pada perpecahan ummat, dan jumawa hanya mengantarkan kehinaan di akhirat, semoga Allah lindungi kita semuanya
Cinta Itu Menuntut Bentuknya
Penyelesaian terbaik dan tercepat saat kita berbuat kesalahan adalah memohon ampun pada Allah, meminta maaf pada manusia, menyesali dan tak mengulangi
Itulah yang dilakukan Nabi Adam dengan ucapan "Rabbanaa dzalamnaa anfusanaa". Maka Allah berikan baginya ampunan dan rahmah, sesuai dipinta
Allah tak hanya hapuskan kesalahannya, tapi Allah tinggikan derajatnya, terlepas pelajaran yang sangat berharga untuk kelak waktu kedepan
Tapi diantara kita, sudahlah nyata-nyata salah tapi malah memperbesar masalah, alih-alih menyadari dosa malah jumawa, bahkan menyalahkan yang lainnya
Buruk muka cermin dibelah, ribuan alasan pembenaran. Tak perlu heran sih sebenarnya, sebab mereka sudah pengalaman membela penista agama
Dulu penista agama dibela dengan banyak dalil, bahkan diberi gelar Sunan Kalijodo, maka sikap mereka kali ini pun sudah ditebak, kemunafikan memang murah
Apapun alasannya, ummat Muslim punya mata dan telinga, terutama mereka punya hati. Dan mereka cinta pada agamanya, syahadatnya, benderanya
Maka apapun pembenaran mereka, ummat sudah paham, penista akan berkumpul dengan kerumunannya. Yang cinta Islam dan yang tidak sudah sangat jelas
Maka anggaplah semua argumen mereka untuk membela diri itu sebagai lucu-lucuan saja, dan untuk bersyukur bahwa kita masih diberi hidayah
Kita tak harapkan mereka sadar, sebab sepertinya batu diadu kepala mereka pun masih menang mereka. Kita sambut saja challenge mereka
Dengan membakar bendera mereka? Ya nggak lah, kita tunjukkan perbedaan intelektualitas dong. Kita akan berkreasi dengan kalimat tauhid itu
Call to all artist. Penuhi dan hiasi semua linimasa dengan kreasi kita tentang kalimat tauhid. Cinta itu menuntut lisan, tulisan, dan karya. Love you all
Obat Pandir
Orang bijak berkata, orang tak tahu bisa diajari, orang khilaf bisa diperbaiki, orang salah bisa diluruskan, tapi tak ada obat buat mereka yang pandir
Sebab pandir ialah perkawinan antara kebodohan dan kebebalan, antara jumawa dan keras kepala. Mereka menolak kebenaran, meremehkan yang lainnya
Padahal taubat itu sesederhana berhenti, menyesali dan tak mengulangi dosa. Tapi mereka yang pandir, menolak meminta maaf, bahkan angkuh dan jumawa
Membela diri dengan banyak alasan, katanya tauhid itu cukup hanya di bibir, tak perlu diangkat di bendera. Kenyataannya Rasulullah yang memulai itu
Katanya tauhid cukup di hati, tak perlu dibawa-bawa. Saya curiga jangan-jangan yang begini kelamaan jomblo, cinta itu tak perlu diungkap, cukup dalam diam, begitu
Mereka bilang mereka hanya menghormati bendera itu lalu membakarnya, logikanya kok sangat rendah? Emangnya cara satu-satunya dibakar? Sambil teriak-teriak hype?
Malah, menyamakan kalimat tauhid seperti bom nuklir? Atau mengatakan itu bendera organisasi tertentu hanya dari khat arabnya? Ada yang lebih lucu?
Ada lagi yang bicara, jangan bawa-bawa kalimat tauhid untuk kepentingan politik. Lha, padahal kita kepikiran juga tidak, yang menyambung-nyambung siapa sebenarnya?
Padahal semua sebenarnya sederhana. Lafadz Allah dan Rasulullah dibakar, dengan jumawa, sambil mengepal bangga, itu saja masalahnya, jangan kemana-mana
Tapi memang sulit bicara dengan intelektualitas, sebab sekali lagi, tak ada obat untuk kepandiran. Doakan saja, semoga hidayah suatu saat menghampiri